Di Tokyo, tak seorang pun lawan jenis akan memandang kamu, tidak peduli betapa menariknya penampilan kamu. Pria di Tokyo tidak akan bergeming meski ada wanita cantik berdiri di hadapan mereka. Wanita juga begitu, mereka tidak bereaksi saat melihat pria tampan di hadapannya. Namun masih ada satu atau dua saja, pada umumnya jarang terjadi.
Di jalanan, kereta api, dan bus kota, semua orang duduk dengan tenang, tidak macet, semua asyik dengan gadget, ponsel, buku, dan kesibukan lainnya. Di restoran-restoran di kawasan Marunoichi, Anda bisa melihat banyak laki-laki berkerumun bersama laki-laki saat istirahat makan siang, dan perempuan juga bertemu dengan perempuan.
Hubungan antara pria dan wanita di Jepang memang unik dan penuh cerita. Tradisi masyarakat samurai atau bukeshakailah yang membentuk cara pandang laki-laki terhadap perempuan dan sebaliknya. Ada pepatah lama di Jepang yang mengatakan, “Daidokoro wa onna no seiiki,” atau “Dapur adalah tempat bagi wanita.”
Status sosial perempuan di Jepang masih paling rendah dibandingkan negara maju lainnya. Meskipun pemerintah Jepang mengeluarkan undang-undang yang menjamin kesetaraan antara laki-laki dan perempuan setelah Perang Dunia II, perbedaan status sosial gender terus terlihat oleh masyarakat. Dalam dunia kerja, masih sulit bagi perempuan untuk setara dengan laki-laki. Selain tradisi samurai, menarik juga untuk mengamati cinta dan struktur Jepang.
Dalam bahasa Jepang, sulit menemukan kata-kata romantis atau kosa kata bahasa Jepang yang menggoda. Misalnya ketika wanita memanggil dan menggunakan kata-kata cheesy seperti “Darling, love, sweetness, my lovers, my sweetheart, my soul mate” dan lain-lain ketika dalam bahasa inggris diucapkan seperti “Darling, honey, baby, sweet heart” dan seterusnya. lain. Tidak ada panggilan seperti itu di Jepang! Wanita Jepang memang aneh kalau pria menggunakan kata-kata manis atau genit. Pria Jepang juga jarang menggunakan kata “Aku cinta kamu”. Ungkapan “Aku cinta kamu” diungkapkan kepada pasangan yang ingin dinikahinya. Jika Anda baru berkencan, Anda tidak akan berpikir untuk menikah hanya dengan menggunakan kalimat "Aku menyukaimu".
Orang Jepang pandai menunjukkan nilai-nilai seperti ketekunan, kerja keras atau semangat pantang menyerah dalam segala aspek kehidupan. Tapi tidak dengan romantisme. Bersikap hangat dan romantis, menunjukkan kelembutan, rayuan, dan tatapan penuh kasih sayang terhadap sang kekasih, sepertinya bukan menjadi ciri umum masyarakat Jepang.