Dynamic Blinkie Text Generator at TextSpace.net

Rabu, 16 Oktober 2013

Betapa Kurang Romantisnya Di Jepang

Di Tokyo, tak seorang pun lawan jenis akan memandang kamu, tidak peduli betapa menariknya penampilan kamu. Pria di Tokyo tidak akan bergeming meski ada wanita cantik berdiri di hadapan mereka. Wanita juga begitu, mereka tidak bereaksi saat melihat pria tampan di hadapannya. Namun masih ada satu atau dua saja, pada umumnya jarang terjadi.

Di jalanan, kereta api, dan bus kota, semua orang duduk dengan tenang, tidak macet, semua asyik dengan gadget, ponsel, buku, dan kesibukan lainnya. Di restoran-restoran di kawasan Marunoichi, Anda bisa melihat banyak laki-laki berkerumun bersama laki-laki saat istirahat makan siang, dan perempuan juga bertemu dengan perempuan.

Hubungan antara pria dan wanita di Jepang memang unik dan penuh cerita. Tradisi masyarakat samurai atau bukeshakailah yang membentuk cara pandang laki-laki terhadap perempuan dan sebaliknya. Ada pepatah lama di Jepang yang mengatakan, “Daidokoro wa onna no seiiki,” atau “Dapur adalah tempat bagi wanita.”

Status sosial perempuan di Jepang masih paling rendah dibandingkan negara maju lainnya. Meskipun pemerintah Jepang mengeluarkan undang-undang yang menjamin kesetaraan antara laki-laki dan perempuan setelah Perang Dunia II, perbedaan status sosial gender terus terlihat oleh masyarakat. Dalam dunia kerja, masih sulit bagi perempuan untuk setara dengan laki-laki. Selain tradisi samurai, menarik juga untuk mengamati cinta dan struktur Jepang.

Dalam bahasa Jepang, sulit menemukan kata-kata romantis atau kosa kata bahasa Jepang yang menggoda. Misalnya ketika wanita memanggil dan menggunakan kata-kata cheesy seperti “Darling, love, sweetness, my lovers, my sweetheart, my soul mate” dan lain-lain ketika dalam bahasa inggris diucapkan seperti “Darling, honey, baby, sweet heart” dan seterusnya. lain. Tidak ada panggilan seperti itu di Jepang! Wanita Jepang memang aneh kalau pria menggunakan kata-kata manis atau genit. Pria Jepang juga jarang menggunakan kata “Aku cinta kamu”. Ungkapan “Aku cinta kamu” diungkapkan kepada pasangan yang ingin dinikahinya. Jika Anda baru berkencan, Anda tidak akan berpikir untuk menikah hanya dengan menggunakan kalimat "Aku menyukaimu".

Orang Jepang pandai menunjukkan nilai-nilai seperti ketekunan, kerja keras atau semangat pantang menyerah dalam segala aspek kehidupan. Tapi tidak dengan romantisme. Bersikap hangat dan romantis, menunjukkan kelembutan, rayuan, dan tatapan penuh kasih sayang terhadap sang kekasih, sepertinya bukan menjadi ciri umum masyarakat Jepang.

[TIPS BUAT COWO JOMBLOH] Cara Membuat Wanita Jepang Kagum

   Berikut beberapa tips atau cara mendekati gadis Jepang:

1. Motto Anda adalah "selalu mengutamakan wanita"


Kira-kira seperti ini: Selalu bukakan pintu untuknya, ketika kamu pertama kali berjalan dengan wanita tersebut, biarkan perempuan yang terlebih dahulu masuk ke suatu tempat ruangan atau lift. Maka Anda akan terlihat sangat sopan.

Berikut beberapa tips atau cara mendekati gadis Jepang:

1. Motto Anda adalah "selalu mengutamakan wanita"

Kira-kira seperti ini: Selalu bukakan pintu untuknya, ketika wanita pertama kali mendekati wanita tersebut. Maka Anda akan terlihat sangat sopan.

2. Dilindungi

Bukan seperti superhero di film action, pelindung di sini berarti memulai dari hal kecil namun bermakna seperti melindunginya saat hujan agar tidak basah, menawarkan tempat duduk sambil minum kopi bersama, dan sebagainya.

3. Jadilah pria yang seksi

Seksi bukan hanya untuk wanita. Pria berhak diberi tahu bahwa mereka juga seksi. Menurut sebuah survei, pria dikatakan paling seksi ketika dia merokok, melepas dasinya setengah dan membuka beberapa kancing di kemejanya.

4. Berperan ganda sebagai kakak

Berdasarkan hasil survei, remaja putri sangat suka diperlakukan dengan lembut, manis, dan bertingkah laku layaknya seorang kakak perempuan.

5. Selalu "ada" untuknya

Wanita menyukai pria yang selalu ada saat mereka mengalami kesulitan atau keadaan darurat. Anda bisa mulai dengan membelikannya sesuatu yang tidak bisa dia bawa, tasnya yang berat, dll.

6. Perhatikan sekelilingmu

Wanita Jepang menghargai pria yang memperhatikan lingkungan sekitar, misalnya saat kamu sedang menaiki lift bersama beberapa orang kamu mencoba menekan tombol lift.

7. Terlihat tampan

Wanita Jepang menyukai pria yang bersih dan rapi. Buat dia terkesan dengan menunjukkan sedikit kulit anda ketika berpakaian lengan panjang.

TIPS BUAT CEWE JOMBLO. Cara Memikat Hati Cowo Jepang

   Rata-rata daya tarik hati pria Jepang tak jauh berbeda dengan pria di negara lain. Meski kebanyakan pria Jepang bersikap dingin... wanitanya lah yang mesti sedikit agresif. Tapi jangan terlalu agresif. Berikut beberapa tips yang memenangkan hati pria Jepang.

1. Perkenalkan diri Anda dengan baik
Artinya, saat pertama kali bertemu dengannya, usahakan bersikap senormal mungkin, tidak perlu bersikap sangat mengganggu atau berlebihan.

2. Jadilah diri sendiri
Terkadang wanita melakukan hal-hal konyol yang membuatnya terlihat bodoh saat sedang jatuh cinta. Hentikan, kendalikan diri kamu. Jadilah diri sendiri, percaya diri dan tunjukkan kepribadian baikmu.

3. Sisi ramah
Kebanyakan pria Jepang mencari wanita yang tidak hanya menyukai mereka secara seksual, tapi juga wanita yang bisa dijadikan teman. Jadi tunjukkan bahwa kamu bisa menjadi sahabatnya. Pria Jepang kebanyakan akan memilih wanita yang bisa mereka percayai untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya.

4. Percaya diri
Pria Jepang menyukai wanita yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Hal ini tidak berarti bahwa perempuan itu egois atau sombong, tetapi perempuan dapat menunjukkan bahwa dirinya berharga dan mengetahui kelebihan dirinya dibandingkan orang lain.

5. Merasa dibutuhkan
Tidak ada yang membuat pria di negara mana pun lebih bahagia selain merasa dibutuhkan dan diinginkan. Mungkin ada kebutuhan untuk mandiri, namun terkadang wanita juga perlu membiarkan pria merawatnya dan menunjukkan bahwa pria memiliki kemampuan untuk melakukannya.

6. Dengarkan
Tanyakan kepada mereka bagaimana kabar mereka dan kemudian dengarkan apa yang mereka katakan. Jangan ikut campur atau menghakimi. Pria Jepang akan senang jika ada seseorang yang mau mendengarkannya.

7. Penampilan
Tidak ada yang menyukai gadis yang berantakan. Berpenampilan jorok, tidak menjaga diri, dan berpakaian sembarangan akan membuat pria Jepang tampil buruk. Jadi pastikan untuk memikirkan penampilan Anda.

Manfaat Ocha, Teh Hijau ala Jepang

                              Foto: Berbagai Manfaat Ocha, Teh Hijau Jepang

Meski upacara minum teh di Jepang sudah tidak populer lagi, teh hijau tetap menjadi bagian dalam gaya hidup modern di Jepang.ocha merupakan minuman yang paling pas diminum ketika menikmati wagashi

Teh hijau atau ryokucha adalah jenis teh yang lazim dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat Jepang. Maka, tak heran jika mereka menyebut teh hijau hanya dengan sebutan ‘teh’ saja, atau ‘ocha’ dalam bahasa Jepang. Produksi teh dan tradisi minum teh dimulai sejak zaman Heian setelah teh dibawa masuk ke Jepang oleh duta kaisar yang dikirim ke China di era Dinasti Tang. Literatur klasik Nihon Koki menulis tentang Kaisar Saga yang sangat terkesan dengan teh yang disuguhkan pendeta bernama Eichu sewaktu mengunjungi Provinsi Omi di tahun 815.

Pada masa itu, teh juga masih berupa hasil fermentasi setengah matang mirip teh oolong yang dikenal sekarang ini. Teh dibuat dengan cara merebus teh di dalam air panas dan hanya dinikmati di beberapa kuil agama Buddha. Teh baru dinikmati di kalangan terbatas sehingga kebiasaan minum teh tidak sempat menjadi populer. Di zaman Kamakura, pendeta Myoan Eisai dan Dogen menyebarkan ajaran Zen di Jepang sambil memperkenalkan matcha (serbuk teh hijau) yang dibawanya dari Tiongkok sebagai obat. Sejak saat itu mulai berkembang berbagai aliran upacara minum teh yang jumlahnya hingga mencapai lebih dari 30 aliran.

Saat ini, meski upacara minum teh tidak lagi dipraktekkan sehari-hari, budaya mengonsumsi ocha baik untuk minuman maupun keperluan lain, masih tetap dilakukan masyarakat Jepang. Setidaknya ada beberapa jenis ocha yang populer di Jepang, seperti sencha, konacha, gyokuro dan matcha. Sencha adalah jenis ocha yang paling umum dikonsumsi oleh masyarakat Jepang, sementara gyokuro adalah jenis ocha yang paling mahal karena citarasanya yang lebih tinggi.

Selain berkaitan dengan budaya di masa lalu, faktor sejarah dan manfaat juga mendasari mengapa masyarakat Jepang masih setia mengonsumsi ocha hingga saat ini. Sejak lama, ocha diketahui memiliki kandungan yang memberi banyak manfaat kesehatan bagi manusia. Seperti diberitakan Herald Tribune awal Agustus lalu, para model kelas dunia saat ini mulai gandrung mengonsumsi ocha. Karena ocha dapat memberikan efek relaksasi di tengah pekerjaan sebagai model yang padat dan membuat stres.

Selain itu, ocha juga dapat dikombinasi dengan madu atau bunga sakura untuk meningkatkan efek relaksasi. Sekarang ini, Ocha tidak hanya sekadar dikonsumsi dengan cara diseduh, diminum atau sebagai pendamping makan. Banyak jenis kuliner populer lain yang dibuat dengan memanfaatkan ocha. Matcha, misalnya, sering dimanfaatkan untuk membuat es krim, kue dan parfrait yang dikombinasikan dengan buah atau makanan pada musim yang berlangsung. Matcha adalah serbuk daun ocha yang di masa lalu sering digunakan untuk upacara minum teh.

~Adi~

Meski upacara minum teh di Jepang sudah tidak populer lagi, teh hijau tetap menjadi bagian dalam gaya hidup modern di Jepang.ocha merupakan minuman yang paling pas diminum ketika menikmati wagashi

Teh hijau atau ryokucha adalah jenis teh yang lazim dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat Jepang. Maka, tak heran jika mereka menyebut teh hijau hanya dengan sebutan ‘teh’ saja, atau ‘ocha’ dalam bahasa Jepang. Produksi teh dan tradisi minum teh dimulai sejak zaman Heian setelah teh dibawa masuk ke Jepang oleh duta kaisar yang dikirim ke China di era Dinasti Tang. Literatur klasik Nihon Koki menulis tentang Kaisar Saga yang sangat terkesan dengan teh yang disuguhkan pendeta bernama Eichu sewaktu mengunjungi Provinsi Omi di tahun 815.

Pada masa itu, teh juga masih berupa hasil fermentasi setengah matang mirip teh oolong yang dikenal sekarang ini. Teh dibuat dengan cara merebus teh di dalam air panas dan hanya dinikmati di beberapa kuil agama Buddha. Teh baru dinikmati di kalangan terbatas sehingga kebiasaan minum teh tidak sempat menjadi populer. Di zaman Kamakura, pendeta Myoan Eisai dan Dogen menyebarkan ajaran Zen di Jepang sambil memperkenalkan matcha (serbuk teh hijau) yang dibawanya dari Tiongkok sebagai obat. Sejak saat itu mulai berkembang berbagai aliran upacara minum teh yang jumlahnya hingga mencapai lebih dari 30 aliran.

Saat ini, meski upacara minum teh tidak lagi dipraktekkan sehari-hari, budaya mengonsumsi ocha baik untuk minuman maupun keperluan lain, masih tetap dilakukan masyarakat Jepang. Setidaknya ada beberapa jenis ocha yang populer di Jepang, seperti sencha, konacha, gyokuro dan matcha. Sencha adalah jenis ocha yang paling umum dikonsumsi oleh masyarakat Jepang, sementara gyokuro adalah jenis ocha yang paling mahal karena citarasanya yang lebih tinggi.

Selain berkaitan dengan budaya di masa lalu, faktor sejarah dan manfaat juga mendasari mengapa masyarakat Jepang masih setia mengonsumsi ocha hingga saat ini. Sejak lama, ocha diketahui memiliki kandungan yang memberi banyak manfaat kesehatan bagi manusia. Seperti diberitakan Herald Tribune awal Agustus lalu, para model kelas dunia saat ini mulai gandrung mengonsumsi ocha. Karena ocha dapat memberikan efek relaksasi di tengah pekerjaan sebagai model yang padat dan membuat stres.

Selain itu, ocha juga dapat dikombinasi dengan madu atau bunga sakura untuk meningkatkan efek relaksasi. Sekarang ini, Ocha tidak hanya sekadar dikonsumsi dengan cara diseduh, diminum atau sebagai pendamping makan. Banyak jenis kuliner populer lain yang dibuat dengan memanfaatkan ocha. Matcha, misalnya, sering dimanfaatkan untuk membuat es krim, kue dan parfrait yang dikombinasikan dengan buah atau makanan pada musim yang berlangsung. Matcha adalah serbuk daun ocha yang di masa lalu sering digunakan untuk upacara minum teh.

Inemuri, Bukti Kerja Keras Di Jepang

                               Foto: Inemuri, Bukti Kerja Keras Di Jepang 

Bangsa Jepang memiliki penilaian tersendiri untuk mengartikan tidur di tengah pekerjaan atau meeting, baik itu urusan bisnis atau pemerintahan. Mereka memiliki sebuah istilah yang disebut Inemuri. Secara harafiah, Inemuri berarti “tidur sesaat”. Ketika seseorang “ber-inemuri”, mereka memandangnya sebagai akibat dari kerja keras dan pengorbanan setelah bekerja hingga larut malam. Karena itu, tidak sedikit orang yang berpura-pura tertidur agar dinilai berkomitmen dengan pekerjaan mereka.

Konsep penilaian ini mungkin sedikit aneh. Namun, Dr Neil Stanley, seorang ahli di Norfolk and Norwich University Hospital, berpendapat cara bangsa Jepang menilai tidur-saat-bekerja lebih baik dari bangsa lain.

“Bangsa Jepang benar tentang penilaian bahwa seseorang bekerja lebih baik setelah tidur sesaat karena ada taraf kedewasaan di dalamnya” ujar Neil kepada BBC. Ia setuju, bekerja keras hingga larut malam dan tertidur saat bekerja lebih “dewasa” dibanding cara umum; terlambat menyelesaikan dimaklumi sebagai tanda beratnya pekerjaan yang harus diselesaikan.

Secara sederhana, bisa dikatakan bangsa Jepang lebih menoleransi tertidur beberapa menit saat bekerja dibanding keterlambatan menyelesaikan pekerjaan, betapa pun beratnya pekerjaan yang harus diselesaikan.

Namun, perlu diketahui bahwa tidur sesaat yang dimaksud dalam inemuri bukan tidur bebas dan sembarang. Inemuri juga memiliki peraturan yang ketat, termasuk siapa saja yang “pantas” melakukannya atau bagaimana cara melakukannya. Siapa yang dianggap pantas? mereka yang memegang jabatan tinggi dalam perusahaan atau pemerintahan. Caranya? dengan menjaga posisi tubuh tetap tegak sehingga tampak tetap terlibat dalam rapat, atau pekerjaan. Peraturan ini tidak tertulis di manapun, tapi semua mengetahuinya karena mereka belajar berdasarkan adat istiadat.

Sumber : continentalmachinerymovers.wordpress.com

~Adi~
Bangsa Jepang memiliki penilaian tersendiri untuk mengartikan tidur di tengah pekerjaan atau meeting, baik itu urusan bisnis atau pemerintahan. Mereka memiliki sebuah istilah yang disebut Inemuri. Secara harafiah, Inemuri berarti “tidur sesaat”. Ketika seseorang “ber-inemuri”, mereka memandangnya sebagai akibat dari kerja keras dan pengorbanan setelah bekerja hingga larut malam. Karena itu, tidak sedikit orang yang berpura-pura tertidur agar dinilai berkomitmen dengan pekerjaan mereka.

Konsep penilaian ini mungkin sedikit aneh. Namun, Dr Neil Stanley, seorang ahli di Norfolk and Norwich University Hospital, berpendapat cara bangsa Jepang menilai tidur-saat-bekerja lebih baik dari bangsa lain.

“Bangsa Jepang benar tentang penilaian bahwa seseorang bekerja lebih baik setelah tidur sesaat karena ada taraf kedewasaan di dalamnya” ujar Neil kepada BBC. Ia setuju, bekerja keras hingga larut malam dan tertidur saat bekerja lebih “dewasa” dibanding cara umum; terlambat menyelesaikan dimaklumi sebagai tanda beratnya pekerjaan yang harus diselesaikan.

Secara sederhana, bisa dikatakan bangsa Jepang lebih menoleransi tertidur beberapa menit saat bekerja dibanding keterlambatan menyelesaikan pekerjaan, betapa pun beratnya pekerjaan yang harus diselesaikan.

Namun, perlu diketahui bahwa tidur sesaat yang dimaksud dalam inemuri bukan tidur bebas dan sembarang. Inemuri juga memiliki peraturan yang ketat, termasuk siapa saja yang “pantas” melakukannya atau bagaimana cara melakukannya. Siapa yang dianggap pantas? mereka yang memegang jabatan tinggi dalam perusahaan atau pemerintahan. Caranya? dengan menjaga posisi tubuh tetap tegak sehingga tampak tetap terlibat dalam rapat, atau pekerjaan. Peraturan ini tidak tertulis di manapun, tapi semua mengetahuinya karena mereka belajar berdasarkan adat istiadat.

Sumber : continentalmachinerymovers.wordpress.com

Mengenal Sejarah Bento, Bekal Nasi Asal Jepang

                               Foto: Mengenal Sejarah Bento, Bekal Nasi Asal Jepang 

Sejak tahun 1568-1600an di Orang Jepang mulai mengenal gaya hidup memakan santapan diluar rumah. Makanan yang dibawa tersebut diletakkan dalam kotak kayu yang dipernis. Kemudian kebiasaan ini mulai dikenal sebagai  kebiasaan makan praktis yang dilakukan dalam upacara minum teh atau dikenal dengan hanami. Lalu pada zaman Edo di tahun 1600-1800an, kebudayaan bento semakin meluas dikalangan rakyat Jepang. Pada zaman itu bila berwisata atau berpergian, orang Jepang akan membawa bekal praktis atau bento kemudian ditaruh pada pinggang mereka. Bento yang diletakkan dipinggang disebut koshikobento. Biasanya koshikobento berisi onigiri. Pada saat itu juga dikenal jenis bento yang dinamakan makunouchi bento. Dinamakan seperti itu karena bento dibawa sebagai bekal menonton pertunjukkan noh dan kabuki kemudian dimakan pada waktu maku atau pergantian layar panggung. Dan lambat laun kebiasaan membawa bento menyebar luas. Hingga bento popular dikalangan pelajar. Mereka pergi ke sekolah dengan membawa bento.

Namun, pada tahun 1912 hingga 1926, saat perang dunia pertama terjadi kebiasaan membawa bento dihentikan karena timbul gerakan sosial yang melarang membawa bekal ke sekolah. Hal ini dianggap menimbulkan kesenjangan sosial antara orang kaya dan orang miskin karena menjadi ajang pamer kekayaan. Kemudian bento kembali populer ditahun 1980an. Dan sejak saat itu bento mulai banyak toko yang menjual bento. Isi bentopun mulai variatif tidak hanya onigiri saja. Lauk-pauk bento mulai beragam disajikan. Serta bento mulai dikreasikan dengan dihias menggunakan sosis dan nori. Bahkan saat ini para ibu rumah tangga mulai kreatif menyiapkan bento sebagai bekal. Bentuk bentopun kini tidak hanya nasi dan lauk pauk yang diletakkan begitu saja di kotak melainkan dibentuk seperti binatang, buah, atau karakter kartun yang menarik.

~Adi~

    Sejak tahun 1568-1600an di Orang Jepang mulai mengenal gaya hidup memakan santapan diluar rumah. Makanan yang dibawa tersebut diletakkan dalam kotak kayu yang dipernis. Kemudian kebiasaan ini mulai dikenal sebagai kebiasaan makan praktis yang dilakukan dalam upacara minum teh atau dikenal dengan hanami. Lalu pada zaman Edo di tahun 1600-1800an, kebudayaan bento semakin meluas dikalangan rakyat Jepang. Pada zaman itu bila berwisata atau berpergian, orang Jepang akan membawa bekal praktis atau bento kemudian ditaruh pada pinggang mereka. Bento yang diletakkan dipinggang disebut koshikobento. Biasanya koshikobento berisi onigiri. Pada saat itu juga dikenal jenis bento yang dinamakan makunouchi bento. Dinamakan seperti itu karena bento dibawa sebagai bekal menonton pertunjukkan noh dan kabuki kemudian dimakan pada waktu maku atau pergantian layar panggung. Dan lambat laun kebiasaan membawa bento menyebar luas. Hingga bento popular dikalangan pelajar. Mereka pergi ke sekolah dengan membawa bento.

Namun, pada tahun 1912 hingga 1926, saat perang dunia pertama terjadi kebiasaan membawa bento dihentikan karena timbul gerakan sosial yang melarang membawa bekal ke sekolah. Hal ini dianggap menimbulkan kesenjangan sosial antara orang kaya dan orang miskin karena menjadi ajang pamer kekayaan. Kemudian bento kembali populer ditahun 1980an. Dan sejak saat itu bento mulai banyak toko yang menjual bento. Isi bentopun mulai variatif tidak hanya onigiri saja. Lauk-pauk bento mulai beragam disajikan. Serta bento mulai dikreasikan dengan dihias menggunakan sosis dan nori. Bahkan saat ini para ibu rumah tangga mulai kreatif menyiapkan bento sebagai bekal. Bentuk bentopun kini tidak hanya nasi dan lauk pauk yang diletakkan begitu saja di kotak melainkan dibentuk seperti binatang, buah, atau karakter kartun yang menarik.

Boneka Penangkal Hujan ala Jepang

                                Foto: Boneka Penangkal Hujan di Jepang

Teru teru bōzu (てるてる坊主) adalah boneka tradisional buatan tangan yang terbuat dari kertas atau kain putih yang oleh petani Jepang petama mulai digantung di luar jendela mereka dengan benang. Azimat (jimat) ini memiliki kekuatan magis membuat cuaca menjadi baik dan untuk menghentikan atau mencegah hujan.”Teru” adalah kata kerja dalam bahasa jepang yang menjelaskan bercahaya, atau baik (cuaca) dan “bōzu” adalah Buddha rahib, atau jika dalam slang artinya “gundul.”

Teru teru bōzu menjadi populer selama periode Edo, anak-anak membuat teru-teru-bōzu dari kertas tisu atau kapas dan benang/senar dan menggantungkan boneka ini di jendela karena ingin cuaca yang cerah, sering dilakuan sebelum hari piknik sekolah. Jika digantung terbalik dengan kepala dibawah maka kerjanya seperti doa untuk hujan. Jadi jangan sampai salah membalik.

Ada warabe Uta (lagu anak-anak) yang terkenal, atau Japan nursery rhyme, terkait dengan teru teru bozu:
dalam tulisan Jepang dan di roman-kan:

てるてるぼうず,てるぼうず明日天気にしておくれいつかの夢の空のように晴れたら金の鈴あげよ
Teru-teru-bōzu, teru bōzu
Ashita tenki ni shite o-kure
Itsuka no yume no sora no yō ni
Haretara kin no suzu ageyo
てるてるぼうず,てるぼうず明日天気にしておくれ私の願いを聞いたなら甘いお酒をたんと飲ましょ
Teru-teru-bōzu, teru bōzu
Ashita tenki ni shite o-kure
Watashi no negai wo kiita nara
Amai o-sake wo tanto nomasho
てるてるぼうず,てるぼうず明日天気にしておくれもしも曇って泣いてたらそなたの首をちょんと切るぞ
Teru-teru-bōzu, teru bōzu
Ashita tenki ni shite o-kure
Moshi mo kumotte naitetara
Sonata no kubi wo chon to kiru zo

Translation:
Teru-teru-bozu, teru bozu
buat besok hari yang cerah
Seperti langit dalam mimpi
jika cuacanya cera Saya akan memberikan Anda bel emas
Teru-teru-bozu, teru bozu
buat besok hari yang cerah
Jika Anda ingin membuatnya menjadi kenyataan
Kami akan banyak minum sake manis
Teru-teru-bozu, teru bozu
buat besok hari yang cerah
Tetapi jika mendung dan anda menangis (hujan)
Lalu aku akan memotong putus kepalamu.

Lagu, ditulis oleh Kyoson Asahara dan disusun oleh Shinpei Nakayama, dirilis pada 1921. Seperti banyak sajak kanak-kanak, lagu ini dikabarkan memiliki sejarah yang lebih gelap daripada yang pertama kali muncul. Ini diduga berasal dari sebuah kisah tentang seorang biksu yang berjanji petani untuk menghentikan hujan dan membawa cuaca cerah selama periode berkepanjangan hujan yang merusak tanaman.

Ketika biarawan gagal untuk membawa sinar matahari, ia dihukum mati. Namun, percaya cerita ini dan lain-lain mengenai asal-usul Teru Teru bozu mungkin berasal dari tradisi lama setelah menjadi luas, kemungkinan besar dalam upaya untuk memperbaiki Citra boneka. Hal ini lebih mungkin bahwa “bōzu” dalam nama tidak menunjuk rahib Buddha yang sebenarnya, tetapi bulat, botak rahib-seperti kepala boneka, dan “Teru Teru” bercanda merujuk pada efek cahaya matahari terpantul sebuah botak.

~Adi~

    Teru teru bōzu (てるてる坊主) adalah boneka tradisional buatan tangan yang terbuat dari kertas atau kain putih yang oleh petani Jepang petama mulai digantung di luar jendela mereka dengan benang. Azimat (jimat) ini memiliki kekuatan magis membuat cuaca menjadi baik dan untuk menghentikan atau mencegah hujan.”Teru” adalah kata kerja dalam bahasa jepang yang menjelaskan bercahaya, atau baik (cuaca) dan “bōzu” adalah Buddha rahib, atau jika dalam slang artinya “gundul.”

Teru teru bōzu menjadi populer selama periode Edo, anak-anak membuat teru-teru-bōzu dari kertas tisu atau kapas dan benang/senar dan menggantungkan boneka ini di jendela karena ingin cuaca yang cerah, sering dilakuan sebelum hari piknik sekolah. Jika digantung terbalik dengan kepala dibawah maka kerjanya seperti doa untuk hujan. Jadi jangan sampai salah membalik.

Ada warabe Uta (lagu anak-anak) yang terkenal, atau Japan nursery rhyme, terkait dengan teru teru bozu:
dalam tulisan Jepang dan di roman-kan:

てるてるぼうず,てるぼうず明日天気にしておくれいつかの夢の空のように晴れたら金の鈴あげよ
Teru-teru-bōzu, teru bōzu
Ashita tenki ni shite o-kure
Itsuka no yume no sora no yō ni
Haretara kin no suzu ageyo
てるてるぼうず,てるぼうず明日天気にしておくれ私の願いを聞いたなら甘いお酒をたんと飲ましょ
Teru-teru-bōzu, teru bōzu
Ashita tenki ni shite o-kure
Watashi no negai wo kiita nara
Amai o-sake wo tanto nomasho
てるてるぼうず,てるぼうず明日天気にしておくれもしも曇って泣いてたらそなたの首をちょんと切るぞ
Teru-teru-bōzu, teru bōzu
Ashita tenki ni shite o-kure
Moshi mo kumotte naitetara
Sonata no kubi wo chon to kiru zo

Translation:
Teru-teru-bozu, teru bozu
buat besok hari yang cerah
Seperti langit dalam mimpi
jika cuacanya cera Saya akan memberikan Anda bel emas
Teru-teru-bozu, teru bozu
buat besok hari yang cerah
Jika Anda ingin membuatnya menjadi kenyataan
Kami akan banyak minum sake manis
Teru-teru-bozu, teru bozu
buat besok hari yang cerah
Tetapi jika mendung dan anda menangis (hujan)
Lalu aku akan memotong putus kepalamu.

Lagu, ditulis oleh Kyoson Asahara dan disusun oleh Shinpei Nakayama, dirilis pada 1921. Seperti banyak sajak kanak-kanak, lagu ini dikabarkan memiliki sejarah yang lebih gelap daripada yang pertama kali muncul. Ini diduga berasal dari sebuah kisah tentang seorang biksu yang berjanji petani untuk menghentikan hujan dan membawa cuaca cerah selama periode berkepanjangan hujan yang merusak tanaman.

Ketika biarawan gagal untuk membawa sinar matahari, ia dihukum mati. Namun, percaya cerita ini dan lain-lain mengenai asal-usul Teru Teru bozu mungkin berasal dari tradisi lama setelah menjadi luas, kemungkinan besar dalam upaya untuk memperbaiki Citra boneka. Hal ini lebih mungkin bahwa “bōzu” dalam nama tidak menunjuk rahib Buddha yang sebenarnya, tetapi bulat, botak rahib-seperti kepala boneka, dan “Teru Teru” bercanda merujuk pada efek cahaya matahari terpantul sebuah botak.